![]() |
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika (Gbr Grafis) |
Pastika: Bukan Saya Ngeyel, Ini Dampak Panjang Status Awas Gunung Agung Sebulan Lebih
DENPASAR - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan status Awas Gunung Agung (GA) dapat diturunkan.
Apalagi intensitas kegempaan sudah menurun drastis dalam tiga hari terakhir.
"Faktanya kegiatan (gempa, red) menurun, hanya disebutkan cadangan magma di bawah sekian. Okelah cadangan magma sekian, kalau tidak naik kan nggak apa-apa, kalaupun naik kan ada waktu. Kalau ada tanda-tanda mau naik, kasih tahu dong, kan ada alatnya. Bukan saya ngeyel, tetapi ini akibatnya panjang," ucap dengan nada agak tinggi selepas Sidang Paripurna DPRD Bali di Denpasar, Selasa (24/10/2017).
Disebutkan, status Awas selama satu bulan lebih (sejak 22 September 2017) telah menimbulkan dampak yang panjang.
Ini dampak yang ditimbulkan selama sebulan lebih Status Awas Gunung Agung:
1. Mulai dari dampak ekonomi, psikologi, pendidikan, kesehatan, hingga pemuktahiran data pemilih untuk Pilkada, termasuk yang utama kejenuhan para pengungsi.
2. Di samping itu, dampak material bangunan menjadi sulit bahkan tidak ada.
3. Bukan saja masyarakat di sekitar Gunung Agung yang menjadi tidak bekerja, namun juga bagi pekerja bangunan yang menjadi tidak bekerja lagi, hingga berpengaruh tersendatnya target penyelesaian sejumlah proyek pemerintah hingga permasalahan anggaran.
"Masalah kontrak (proyek pemerintah, red) itu tidak gampang. Misalnya tidak selesai tahun ini, dipotong di jalan, belum tentu bisa dipakai anggaran 2018. Kalau harus dipakai pada anggaran 2018 Perubahan itu sekitar November, berapa mundurnya itu," ucap Pastika.
Sejak menyandang status Awas, hingga kemarin Gunung Agung belum mengalami erupsi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan terjadi penurunan drastis aktivitas Gunung Agung namun demikian status belum bisa diturunkan.
Dengan status Awas, radius aliran terkena dampak langsung erupsi Gunung Agung adalah 9 km dari kawah gunung dengan buffer zone (daerah peyangga) 3 km (radius 12 km).
Apabila status Gunung Agung bisa diturunkan menjadi Siaga maka radius terkena dampak langsung erupsi menjadi 6 km.
Berarti yang mengungsi hanya setengah dari jumlah total sekarang yang mengungsi (138 ribu jiwa tersebar di 412 titik).
Dengan demikian, kata Pastika, kegiatan perekonomian bisa hidup kembali, minimal dari setengah warga yang kembali melakukan aktivitas di tempat asalnya.
“Jadi mestinya dengan sistem early detection dan early warning dengan kemajuan teknologi komunikasi bisa diturunkan statusnya. Karena kalau terus menerus begini ya saya katakan tadi dampaknya panjang sekali. Inilah menjadi dasar Menko Maritim (Luhut Pandjaitan) untuk meminta kajian yang lebih realistis. Jangan diset (diatur) maksimum semua indikatornya, kalau diset maksimum semua, kan hasilnya maksimum,” kata Pastika.
Jangan Samakan 1963
Mantan Kapolda Bali ini kembali memaparkan, adanya alat deteksi dini dengan peralatan yang canggih, semestinya kemungkinan erupsi bisa dideteksi lebih awal dan cepat diinformasikan, serta masyarakat cepat diungsikan bila Gunung Agung benar-benar meletus.
Ia menyatakan keadaan saat ini tidak sama dengan tahun 1963 saat Gunung Agung meletus dengan dahsyat dan menimbulkan ribuan korban jiwa.
Menurutnya, tahun 1963 banyak korban karena alat komunikasi tidak ada, alat deteksi tidak lengkap, transportasi tidak ada, dan jalanan masih rusak.
Kondisi masyarakat juga berbeda dengan sekarang, karena kalau dahulu mungkin karena kepercayaan masyarakat malah tak mau mengungsi.
Kalau sekarang dikatakan kondisi sosial, budaya, intelegensi masyarakat berbeda dan jauh lebih peka dan lebih paham akan antisipasi Gunung Agung.
“Tentu kita tidak ingin mencelakakan rakyat kita. Tetapi dengan early detection, saya setuju pengungsi dipulangkan tapi bukan berarti semuanya pulang. Bila statusnya turun menjadi Siaga maka radiusnya 6 km. Berarti 6 km daerah penyangga bisa pulang dan kegiatan masyarakat bisa kembali berlangsung,” ungkap Pastika, yang mengusulkan Belanja Tidak Terduga pada APBD tahun 2018 dinaikkan menjadi 30 miliar rupiah untuk mengantisipasi dampak erupsi Gunung Agung.
Luhut Minta Kajian
Terpisah, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengaku bingung dengan aktivitas Gunung Agung sekarang ini.
Pasalnya dari data ahli saat status gunung Awas, dua minggu kemudian terjadi erupsi.
Namun faktanya Gunung Agung belum meletus.
Karena itu, pemerintah akan kembali mengevaluasi berbagai rencana antisipasi Gunung Agung.
Hal itu untuk menghindari adanya korban saat terjadi erupsi yang belum diketahui waktunya.
“Mau dievaluasi nanti sampai kapan (status Awas) ini,” kata Luhut di kantornya, Jakarta, Selasa (24/10).
Besok, Kamis (26/10/2017), pemerintah kembali melakukan rapat koordinasi.
Luhut pun akan meminta PVMBG melakukan kajian lagi, dan memberikan second opinion atau third opinion dengan memerhatikan berbagai dampak status Awas.
Luhut menyatakan, kondisi Gunung Agung yang memiliki tinggi 3.142 mdpl telah memengaruhi kehidupan masyarakat di sekitarnya, termasuk roda perekonomian.
Lantaran kondisinya yang terus menurun secara drastis, mantan Menko Polhukam itu menyarankan agar segera ada keputusan berani.
Ditambahkan, pemerintah masih tetap memilih Bali sebagai tempat pertemuan tahunan International Moneter Fund (IMF) dengan Bank Dunia (World Bank) yang akan berlangsung Oktober 2018.
Segala infrastruktur saat ini diperbaiki untuk menyambut acara yang akan dihadiri kepala pemerintahan dari puluhan negara tersebut.
Luhut pun berdoa agar tidak terjadi apa-apa di Bali saat pertemuan IMF dan World Bank berlangsung.
Karena status Gunung Agung saat ini masih Awas, namun belum terjadi erupsi.
“Pertemuan IMF dan World Bank tetap (Bali). Kita berdoa saja Gunung Agung enggak aneh-aneh," ujarnya.
Sebelumnya, Luhut menjelaskan dalam Pertemuan Tahunan IMF-WB 2017 yang dihadirinya di Washington DC, AS, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia ikut menyoroti perkembangan Gunung Agung yang berpotensi mengalami erupsi.
Dalam kesempatan itu, ia menceritakan bahwa delegasi Indonesia membawa serta Profesor Surono, ahli gunung api, yang menjelaskan dengan detail mengenai perkembangan Gunung Agung.
"Yang menarik, Gunung Agung ini sejak dinyatakan Awas sampai hari ini kelihatannya energinya terus turun. Ini kita tunggu apakah diturunkan statusnya atau tidak," kata Luhut.
Terkait Status Gunung Agung, PVMBG: Ini Menyangkut Nyawa Orang Banyak
AMLAPURA - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan terkait status Gunung Agung.
Pihaknya tak mau terpancing dengan pernyataan pejabat dari pemerintah pusat maupun daerah yang meminta status Gunung Agung diturunkan.
Kasbani menyatakan PVMBG akan melakukan evaluasi, analisa, dan kajian terkait aktivitas magma di dalam Gunung Agung.
Proses analisa dan kajiannya bersumber dari alat deteksi gempa dan kembang kempes gunung.
Turun dan tidaknya status tergantung dari hasil kajian tersebut.
“Kita tak berani menurunkan status Gunung Agung begitu saja. Perlu menunggu hasil kajian, analisa, dan evaluasi. Ini menyangkut masalah nyawa orang banyak. Akan kita lakukan kajian dulu,” terang Kasbani, Selasa (24/10/2017).
Seandainya hasil analisa dari sisi kegempaan serta deformasi mengalami penurunan, maka kemungkinan status akan diturunkan.
Tapi jika sebaliknya, vulkanologi tak berani menurunkan.
Apalagi mengeluarkan rekomendasi agar warga kembaali dari pengungsian alias pulang ke tempat asalnya.
“Kita masih menunggu hasil deformasi. Apakah mengalami pengembangan atau mengempes. Hasil deformasi dan GPS baru bisa diketahui berapa hari. Setelah keluar baru kita akan lakukan analisa,” katanya.
Pria kelahiran Banyuwangi ini mengatakan, aktivitas gempa memang mengalami penurunan drastis.
Hingga pukul 18.00 Wita, Selasa (24/10/2017), jumlah gempa tremor non harmonik sebanyak dua kali.
Gempa vulkanik dangkal 106 kali, dan gempa vulkanik dalam 89, tektonik lokal 4 kali.
Dilihat dari hasil pengamatan kemarin, Gunung Agung alami pengembangan hingga 6 sentimeter.
Magma terus mendesak ke atas, dan diprediksi berada sekitar 4 kilometer.
”Gempa memang turun. Tapi deformasi hasilnya masih belum kita ketahui. Kita tunggu hasilnya sampai berapa hari,” ungkap lulusan S2 Ilmu Geologi dari New Zealand University ini.
Sementara Kasubdit Mitigasi Gunung Api PVMBG Wilayah Timur Devi Kamil mengatakan, pihaknya terus melakukan pengamatan dan evaluasi Gunung Agung tiap hari.
Karena lakukan tiap hari bukan berarti lihat status dari berbagai macam parameter.
"Kalau memang ada yang turun misalnya gempa, kita menunggu selaras semuanya relatif stabil. Gunung api yang kita lihat tren," kata Devi.
Terkait permintaan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Devi menyatakan berterima kasih atas perhatiannya.
Kalau mencurigai pengamatan petugas, katanya, Luhut bisa langsung datang ke Pos Pengamatan Gunungapi Agung di Desa Rendang, Karangasem.
Pihaknya terbuka pada berbahgi saran.
"Kalau memang data kita salah tunjukkan salahnya di mana, kalau tidak akurat tunjukkan tidak akuratnya di mana. Kalau ada saran kami terbuka," kata Devi.
Untuk diketahui kegempaan Gunung Agung mengalami penurunan drastis dalam tiga hari terakhir.
Tapi PVMBG belum menurunkan status karena memperhatikan indikator lain selain kegempaan.
Faktor lain misalnya deformasi, suhu dan citra satelit.
Menurut Devi berdasarkan pengamatan PVMBG belum bisa menurunkan status Gunung Agung. "Kalau hari ini ya belum busa diturunkan," katanya.
sumber : tribun