Jumat, 28 Juni 2013 15:09
Kawit (40), warga Dusun Juranggandul, Desa Pulotondo, Kecamatan
Ngunut, Tulungagung, tega membunuh istrinya, Susanti (39), gara-gara
cemburu.
"Ya cemburu, dia baru pulang dari Hongkong, di rumah malah
jalan-jalan sama lelaki lain," kata Kawit di markas Polres Tulungagung,
Kamis (27/5/2013).
Kawit menyerahkan diri ke polisi, Rabu (26/6/2013) sore. "Dia
menyerahkan diri karena dihantui perasaan takut," kata Wakil Kepala
Polres Kompol Indra Lutrianto Amstono di samping Kawit.
Kecemburuan Kawit bermula ketika Susanti pulang dari merantau selama 3
tahun di Hongkong, Jumat (21/6/2013). Kawit mengaku, Susanti tidak
memberitahu sebelumnya bahwa akan pulang. Ternyata, dia pulang diantar
lelaki lain. Saat itu, katanya, Susanti mengenalkan lelaki pengantarnya
itu sebagai temannya. Kawit pun menahan diri agar tidak emosi, apalagi
ada kerabatnya juga saat itu.
Keesokan harinya, Sabtu, pertengkaran di antara pasangan yang sudah memiliki dua anak itu kembali terjadi.
Selama ditinggal ke Hongkong, Kawit mengasuh dua anaknya sendirian.
Sebagai petani yang terkadang sibuk di sawah, Kawit terkadang juga
menitipkan anak-anaknya di rumah orangtuanya, di Desa Aryo Jeding,
Kecamatan Rejotangan.
Menurut pengakuannya, selama merantau itu istrinya tidak pernah kirim
uang untuk anak-anaknya. "Terus duitmu mbok gawe apa? (Lalu uangmu buat
apa?)," kata Kawit mengenang ucapannya kepada Susanti. Namun,
lanjutnya, Susanti justru marah-marah. "Cangkemmu aja takon-takon ae!
(Mulutmu jangan tanya-tanya terus!)," kata Kawit menirukan jawaban
istrinya.
Pertengkaran hari itu selesai. Keesokan harinya, Minggu, Susanti
pamit ke rumah temannya tetapi tidak menyebutkan secara jelas identitas
maupun lokasinya. Hanya, kata Kawit, istrinya berjanji pulang sekitar
pukul 18.00.
Sebelum istrinya pulang, Kawit memergokinya bersama lelaki lain di
jalan kampung. Kawit pun memaksa istrinya pulang, sedangkan lelakinya
ngacir. Pada Minggu malam itu, pertengkaran hebat terjadi lagi di dalam
rumah mereka.
Lantaran sama-sama emosional, Susanti melemparkan mangkuk ke wajah
Kawit. "Mangkuknya sampai pecah. Saya balas memukulkan batu bata ke
kepalanya," ujar Kawit dalam bahasa Jawa.
Susanti pun terhuyung-huyung hingga jatuh. Kawit yang kalap
memukulnya lagi pakai pentungan kayu. Setelah memastikan Susanti tewas,
Kawit menyalakan pompa air. Dia lalu menyeret mayat istrinya ke belakang
rumah untuk dimasukkan ke kakus semi permanen yang tutupnya sekadar
pakai kayu.
Usai memendam mayat istrinya, ia menyiramkan air dari pompa untuk menghilangkan jejak.
Sehari berikutnya, Senin, jika ditanya tetangganya soal keberadaan
Susanti, Kawit menjawab bahwa dia sudah pergi lagi ke Hongkong. Namun,
hanya sehari kemudian, Kawit merasa tidak nyaman sehingga menyerahkan
diri ke polisi, Rabu (26/6/2013) sekitar pukul 16.00.
"Pelakunya tunggal dan ini sifatnya spontan," kata Kompol Indra
Lutrianto Amstono. Polisi pun menjerat Kawit dengan Undang-Undang
tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). "Ancaman hukumannya sampai
15 tahun penjara," katanya.
sumber : tribun