Selasa, 5 Maret 2013 | 07:29
lagunya.
Protes itu dipicu oleh band
Jepang aliran sayap kanan yang menyebut secara halus para budak seks
tersebut sebagai "wanita yang nyaman".
Cakram padat dan lirik lagu
band tersebut telah dikirim ke tempat penampungan mantan budak seks di
Gwangju, bagian selatan Seoul pada Kamis.
Delapan wanita yang
sudah berusia lanjut itu mengajukan gugatan melalui kantor kejaksaan
Distrik Seoul Tengah. Mereka menuntut diberikannya hukuman kepada band
Jepang karena telah merendahkan mereka.
"Tentara Jepang telah
memaksa saya menjadi budak seks saat berumur 14 atau 15 tahun. Saya
merasa marah atas klaim yang menyatakan mereka tidak mengakui kejahatan
itu," kata Park Ok-sun, salah satu korban tentara Jepang, sebelum
mengajukan gugatan.
Tidak banyak yang diketahui mengenai band itu.
Satu informasi pasti adalah grup musik itu tampil dalam acara yang
digelar oleh aktivis sayap kanan Jepang.
Sejarawan mengatakan,
puluhan ribu wanita Asia telah menjadi korban untuk melayani hasrat
seksual tentara Jepang. Sebagian besar terdiri dari wanita Korea yang
dipaksa masuk ke dalam rumah bordil selama PD II saat Semenanjung Korea
menjadi bagian dari koloni Jepang.
Jepang telah mengakui bahwa militernya pada zaman perang memaksa sejumlah wanita Asia menjadi budak seks.
Namun, Tokyo menolak untuk mengeluarkan pernyataan maaf atau kompensasi kepada para korban.
Jepang
beralasan bahwa masalah itu telah selesai melalui disepakatinya suatu
perjanjian pada 1965 yang menormalisasi hubungan kedua negara.
Insiden
itu membuat hubungan Jepang-Korea Selatan menghangat, terlebih anggota
partai ultrakanan Jepang, Nobuyuki Suzuki, pada awal bulan ini memicu
ketegangan dengan melakukan klaim atas Pulau Dokdo.
Nobuyuki memasang pancang tenggara di pulau yang terletak di ujung paling timur Korsel itu.
Sengketa
pulau terus mewarnai perjalanan politik Jepang. Saat ini, Tokyo terus
mempertahankan klaimnya atas Pulau Senkaku atau Diayou yang membuat
Jepang berselisih dengan China.
sumber : kompas