Senin, 14 Januari 2013 08:09
sepenuhnya oleh UUD Jepang. Demikian dilaporkan dari Tokyo, Jepang, Minggu (13/1/2013).
Bukan hanya itu saja, dalam Konperensi Pers 24 Januari 2012 oleh televisi Niko Niko Douga di Tokyo, menghadirkan enam tokoh yang semua banyak menekuni mengenai kriminalitas di Jepang, semuanya menentang UU tersebut. Bukan hanya soal melanggar hak asasi manusia, tetapi lebih menarik lagi, UU Anti-Yakuza itu justru malahan untuk mendukung Amakudari Polisi Jepang.
Amakudari
adalah penempatan pensiunan pegawai negeri ke lembaga lain, misalnya ke
BUMN atau ke Perusahaan swasta, sehingga tidak terjadi post-power syndrome,
tidak kaget setelah jadi masyarakat biasa, yang selama ini dihormati,
diagungkan, mendadak seolah tak ada yang mengenalnya karena sudah
pensiun.
Tuduhan Amakudari ini terutama disuarakan kencang oleh
Manabu Miyazaki, seorang pengarang buku-buku Yakuza yang sangat terkenal
di Jepang. Sebuah bukunya laris terjual sedikitnya 600.000 eksemplar,
bahkan telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, Korea dan Perancis.
Menurut
Miyazaki, kalau melihat poin yang penting dari UU Anti Yakuza tersebut
sebenarnya hanya melestarikan proses Amakudari saja khususnya bagi
petugas kepolisian yang telah pensiun. "Pada saat pakta Jepang-Amerika
Serikat terbentuk tahun 1970, banyak polisi direkrut," papar Miyazaki.
Hal
ini sebenarnya menjadi masalah besar, tambahnya, "Jaminan bagi mereka
menjadi Amakudari posisi setelah pensiun di Kementerian Transportasi,
Kementerian Ekonomi Industri dan Perdagangan, dan di kalangan industri
adalah berbeda. Pensiunan polisi tidak dapat spesialisasi khusus yang
dapat dibawanya ke dunia bisnis tersebut. Setelah UU Anti Yakuza
diimplementasikan, pasti akan semakin banyak perusahaan membutuhkan jasa
pensiunan polisi tersebut."
Dari data penerbitan majalah Toyo Keizai,
terbitan 28 Januari 2012, terdapat sedikitnya 83 perusahaan Jepangh
yang telah listing di pasar modal, mempekerjakan pensiunan polisi di
perusahaan mereka. Antara lain di Sharp Corporation, NYK Group, dan di
Chugoku Electric Power Company, di mana ada staf mantan polisi bekerja
di sana.
Miyazaki menekankan kepada pers bulan Mei 2009, "Apabila
yakuza melanggar aturan, benar mereka harus di hukum. Tetapi poin saya
yang penting adalah, salah sekali menghukum mereka apabila mereka tidak
melakukan pelanggaran. Hukum saat ini jelas, semua orang sama di mata
hukum. Tidak ada yang mengatakan, kecuali yakuza," paparnya menyindir UU
Anti-Yakuza yang hanya ditujukan kepada yakuza, jelas bertentangan
kepada hak asasi manusia, tambahnya.
Dengan implementasi UU
Anti-Yakuza saat ini, Miyazaki memperkirakan justru akan semakin banyak
orang bergabung ke Yamaguchi-gumi, kelompok yakuza terbesar di Jepang,
karena kelompok ini sangat pintar, memiliki pengetahuan luas, memiliki
uang yang luar biasa.
"Yamaguchi-gumi punya segalanya, mereka
sangat pintar, mereka akan segera minta pengacaranya mendampingi kalau
tercium sedikit saja adanya keterlibatan polisi, bagaimana mendukung dan
membantu keluargamu bila ditangkap dan sebagainya. UU itu justru
ditujukan kepada Yamaguchgi-gumi, tetapi ironisnya, justru akan membuat
kelompok tersebut semakin besar dan kuat," jelasnya, lagi.
Dengan
demikian sebenarnya yakuza yang bodoh akan hilang sendiri, masuk ke
penjara, tetapi yakuza yang pintar dan kuat, punya uang justru akan
semakin besar nantinya, karena memiliki pengetahuan luas, know-how yang
hebat berkat kekuatan, kekuasaan dan uang yang berlimpah dimilikinya.
Lalu apakah UU-Anti Yakuza yang baru itu dan sudah diimplementasikan sejak Oktober tahun itu salah?.
Yang pasti, sebelum Revisi UU Anti Yakuza diimplementasikan, Gubernur Fukuoka dan banyak pimpinan pemerintahan di Fukuoka pada akhir tahun 2011 telah menghadap Menteri Kehakiman Jepang, meminta agar UU Anti-Yakuza tersebut diubah.
Demikian pula wiretaps
(penggunaan alat penyadap dalam investigasi) dihapuskan dan investigasi
tersembunyi serta tawar-menawar pembelaan (undercover investigation and
plea bargaining) juga diminta dihapuskan. Kenyataan semua permohonan
tersebut tampaknya belum mendapat tanggapan dan UU Anti-Yakuza tetap
berjalan untuk semakin mengucilkan para yakuza dari masyarakat Jepang.
Sementara
dari data kepolisian Jepang sendiri mengungkapkan bahwa kini jumlah
yakuza jauh semakin sedikit ketimbang sebelum UU Anti-Yakuza diterapkan
akhir tahun 2011 lalu. Dari semula jumlah anggota yakuza sekitar 80.000
orang kini menjadi sekitar 30.000 orang. Lebih dari separuhnya adalah
anggota Yamaguchi-gumi.
sumber : tribun