Selasa, 22 Januari 2013 09:09
Simeulue.
Dampaknya, remaja putri yang baru tamat SMA itu, kini terbaring lemas di Ruang Rawat Inap RSUD Simeulue.
Ditanyai wartawan Sabtu (19/1) sore, Wir menceritakan dengan lancar
awal kejadian yang menimpa dirinya. Bahwa pada Kamis (18/1) siang ia
janjian dengan salah seorang oknum polisi untuk bertemu di pinggir
jalan, pas di depan kos oknum polisi tersebut.
“Ketika ketemu saya sekitar pukul 11 siang, langsung dipaksa masuk ke
kosnya. Saya tolak, tapi saya langsung digendong masuk ke dalam.
Sesampai di dalam kamar kos saya dipaksa pakai sabu. Awalnya saya tidak
tahu itu sabu. Terakhir dikasih tahu bahwa itu sabu. Mendadak badan saya
lemas dan pening,” ujar Wir.
Bukan cuma dipaksa nyabu. “Saat di dalam kamar kos itu saya juga
diperlakukan tidak senonoh oleh salah seorang anggota polisi. Sedangkan
dua anggota lainnya menyaksikan saja di dalam kamar itu,” kata Wir.
Setelah dua adegan itu terlewati, Wir tidak langsung diizinkan
pulang. “Saya minta pulang, tapi tidak dikasih, sampai ditonjok-tonjok
kepala saya, karena mereka takut ketahuan. ‘Kau di sini saja sampai
malam’,” ujar Wir mengutip pembicaraan personel polisi itu kepadanya.
Benar, sekitar pukul 19.00 WIB barulah Wir dilepas dari “sekapan”.
Karena pengaruh narkoba jenis sabu, ia tak kuat pulang sendiri. Lalu ia
minta ditemani kawannya untuk diantar ke rumah sakit.
Pihak keluarga korban, kepada wartawan mengaku sangat menyesalkan
kejadian itu. Mereka berharap agar kasus yang menimpa Wir supaya diusut
tuntas. “Kami malu atas perbuatan para polisi tersebut. Maka kami minta
persoalan ini diusut tuntas dan pelakunya dihukum,” kata salah seorang
keluarga korban di rumah sakit.
Begitupun, pihak keluarga korban hingga kini belum membuat laporan
pengaduan (LP) secara resmi ke polisi. Kabarnya masih menunggu kondisi
korban sembuh total dari pengaruh sabu-sabu. (c48).
Kapolres Simeulue, AKBP Parluatan Siregar yang ditanyai Serambi
Minggu (20/1) pagi mengatakan, ketiga anggotanya yang diduga memaksa
gadis Wir (19) mengonsumsi sabu dan mencabuli wanita itu, serta ikut
serta memakai narkoba, sudah ditahan di Mapolres Simeulue.
Cuma Kapolres keberatan kalau perbuatan anak buahnya itu disebut
pemerkosaan terhadap korban. “Setelah dilakukan pemeriksaan, ketiga
anggota saya itu mengaku kalau ABG itu dicabuli dengan dibayar 200.000
rupiah sekali enjoy. Jadi, bukan diperkosa,” ungkap Kapolres mengutip
hasil pemeriksaan anak buahnya setelah ditahan.
Di sisi lain, “Kalau ia mengaku diperkosa oleh polisi, kenapa tidak
dibuatkan visum et repertum saat masuk ke rumah sakit?” tanya Kapolres.
Begitupun, dugaan penggunaan sabu oleh ketiga oknum polisi tersebut,
tidak dibantah oleh Kapolres Simeulue. “Ya benar, ketiganya positif
memakai sabu setelah dilakukan tes urine,” tandas Parluatan di ruang
kerjanya.
Kapolres juga menyebutkan kronologis kejadian itu. Bahwa pada pukul
11.00 WIB Wir dijemput oleh seorang polisi sebagai perantara, lalu
setelah sampai di kos polisi lain mencabulinya, tapi atas dasar
kesepakatan bersama. “Dan mereka juga lebih dulu sepakat memakai sabu
agar lebih enjoy. Itu berdasarkan keterangan anggota polisi saat
pemeriksaan,” ujarnya.
Masih versi Kapolres, perbuatan cabul itu malah tidak hanya
berlangsung di rumah kos oknum polisi tersebut. Tapi juga sempat
dilakukan oknum polisi bersama Wir di salah satu losmen dalam Kota
Sinabang sekitar pukul 22.00 WIB.
Berdasarkan pengakuan polisi-polisi itu, hanya dua orang dari tiga
mereka yang melakukan perbuatan cabul. “Sedangkan seorang lagi sebagai
perantara saja,” ujarnya.
Menurut Kapolres, yang mengantar korban ke rumah sakit malam itu
justru salah satu anggota polisi tersebut. Polisi itu bahkan sampai
meninggalkan fotokopi SIM-nya di rumah sakit, karena si korban tidak
punya kartu tanda pengenal.
“Sekali lagi saya keberatan kalau hal ini masih disebut pemerkosaan.
Yang sebenarnya adalah pencabulan dan memakai narkoba. Ini jelas sudah
merupakan pelanggaran kode etik, makanya oknum polisi itu sudah saya
tahan. Mereka bisa dipecat secara tidak hormat,” tukas Kapolres seraya
mengatakan bahwa polisi tersebut memang sudah bermasalah sebelum
ditugaskan ke Simeulue.
sumber : tribun