Minggu, 16 Desember 2012 02:09
![]() |
Presiden Barack Obama berduka dan menangis |
waktu setempat.
Obama beberapa kali menyeka air mata dan berjuang untuk menenangkan
diri saat menyampaikan ucapan dukacita bagi orang-orang yang tewas dalam
pembantaian itu. Ia menjanjikan tindakan yang berarti untuk
menghentikan tragedi-tragedi akibat pemakaian senjata di AS.
"Mayoritas mereka yang tewas hari ini adalah anak-anak, anak-anak
kecil yang lucu yang berusia antara lima hingga sepuluh tahun," kata
Obama seperti dikutip Tribun Jabar.
"Kehidupan membentang di depan mereka, ulang tahun, wisuda, pernikahan, anak-anak mereka sendiri," katanya.
Obama jeda selama beberapa saat, dan menarik napas berat. Beberapa
kali menyeka air mata dari sudut matanya, ketika ia menyampaikan reaksi
pertamanya terkait pembunuhan 6 orang, termasuk 20 anak, di ruang pers
Gedung Putih di Washington. Si penembak dalam tragedi itu ikut tewas
sehingga total jumlah orang tewas adalah 27 orang.
"Di antara yang tewas adalah para guru, orang-orang yang mengabdikan
hidupnya untuk membantu anak-anak kita memenuhi impian mereka," kata
Obama.
Dirinya menegaskan, bereaksi bukan sebagai presiden, melainkan
sebagai orang lain, sebagai orang tua. "Hati kita hancur saat ini, untuk
para orang tua dan kakek-nenek, saudara dan saudari dari anak-anak
kecil itu, dan untuk keluarga mereka yang kehilangan. Sebagai negara,
kita telah melalui ini terlalu banyak," ujarnya lirih.
Ia menyebut kasus-kasus pembantaian sebelumnya di Colorado, Oregon, dan Wisconsin.
"Lingkungan-lingkungan itu adalah lingkungan kita. Anak-anak itu
adalah anak-anak kita. Kita harus bersama-sama dan mengambil tindakan
yang berarti untuk mencegah tragedi lain seperti ini tanpa sekat-sekat
politik," kata Obama, ayah dari dua gadis muda.
Pernyataan Obama itu terdengar dalam keheningan di ruangan Gedung
Putih yang biasanya riuh saat konferensi pers dan hanya terganggu oleh
suara kamera ketika ia berhenti dan menata emosinya.
Obama sebelumnya memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di
Gedung Putih, bangunan pemerintah, dan di fasilitas militer AS untuk
menghormati para korban penembakan di sekolah itu. Perintah itu berlaku
sampai matahari terbenam pada 18 Desember, kata presiden dalam sebuah
maklumat. Obama mengutuk serangan itu sebagai tindak kekerasan yang
tanpa perasaan, sebagai kejahatan "keji".
Obama diberi tahu tentang penembakan itu pada Jumat pagi oleh
penasihat antiteror dan keamanan dalam negeri John Brennan di Ruang
Oval.
Identitas pelaku pembantaian dilaporkan bernama Adam Lanza (20
tahun). Lanza membunuh ibunya sendiri yang adalah seorang guru di
rumahnya di Newtown, Connecticut, lalu mengendarai mobil ibunya itu ke
Sekolah Dasar Sandy Hook, tempat ibunya mengajar, dan membantai 26
orang, termasuk 20 anak, sebelum menembak dirinya sendiri.
Juru Bicara Polisi Negara Bagian Connecticut, Letnan Paul Vance,
mengatakan, 18 anak tewas ditembak di dalam sekolah dan dua lagi
meninggal akibat luka mereka di rumah sakit. Enam orang lainnya adalah
guru dan karyawan sekolah, termasuk kepala sekolah.
Vance menjelaskan, hampir tidak ada korban cedera yang tidak tewas.
Hal itu menunjukkan bahwa begitu korban menjadi sasaran, nyaris tak ada
kesempatan untuk melarikan diri, dan bahwa Lanza luar biasa akurat atau
metodis dalam menembak.
Vance mengatakan, hanya satu orang yang mengalami cedera dan selamat.
Pembunuhan massal itu, yang dimulai sekitar pukul 09.30 waktu setempat,
berlangsung di salah satu bagian dari sekolah, di dua ruangan. Menurut
Vance, hal itu menunjukkan bahwa para korban yang merupakan anak-anak
itu terjebak dan ditembak mati.
Lanza membawa sebuah senapan dan dua pistol saat memasuki sekolah
dasar itu. Para saksi mata mengatakan, pemuda itu pergi dari ruangan ke
ruangan dan menembak orang-orang setelah terlebih dahulu membunuh kepala
sekolah dan kemudian pergi ke kelas TK ibunya.
Ada laporan yang berbeda tentang kematian ibunya. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa ibunya tewas di ruangan kelasnya sementara yang tewas
di rumah keluarga Lanza adalah ayahnya. Belum ada konfirmasi terkait hal
itu.
Kakak Lanza, Ryan Lanza (24 tahun), yang awalnya diduga sebagai pelaku pembantaian, ditanyai polisi setelah ditangkap di rumahnya di Hoboken, New Jersey.
Dia berada di sebuah bus dalam perjalanan pulang dari kantor ketika
ia disebut sebagai pelaku. Ia kemudian memposting di Facebook bahwa itu
bukan dia. Dia mengatakan kepada seorang teman bahwa dia yakin, adiknya
yang cacat mental telah melakukan hal itu.
Televisi NBC melaporkan, polisi sempat bingung karena mereka
menyangka pelaku bernama Ryan Lanza karena pelaku mengenakan kartu
identitas atas nama Ryan Lanza ketika datang ke sekolah itu.
Kementerian Luar Negeri memastikan tidak ada warga negara Indonesia
yang menjadi korban. "Sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban dalam
insiden yang menewaskan 27 orang itu," kata Direktur Informasi dan
Media Kemenlu, PLE Priatna, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu
(15/12).
Maryrose Kristopik menyelamatkan 20 muridnya di Sekolah Dasar Sandy
Hook. Dia menyuruh mereka masuk ke dalam lemari dinding, sementara di
luar Adam Lanza mengetuk pintu memohon dibukakan.
Maryrose adalah guru musik di sekolah tersebut. Saat terdengar ada
penembakan, dia langsung menyuruh murid-muridnya masuk ke lemari
tersebut.
Di dalam lemari, sang guru meminta murid-muridnya untuk tidak
bersuara, dan berdoa. Dia juga mengucapkan "I love you" kepada
murid-muridnya tersebut. "Aku bilang ke mereka bahwa ada orang jahat di
sekolah. Aku tidak ingin berkata-kata apa lagi selain itu," kata
Maryrose kepada dailymail, kemarin.
Di luar lemari tersebut, Adam Lanza menggedor-gedor pintu. Dia
berteriak-teriak minta dibukakan. "Biarkan aku masuk! Biarkan aku
masuk!"
Menurut Maryrose, ada sekitar 20 murid yang bersamanya di lemari
tersebut. Di dalam lemari tersebut mereka berdiri berimpit-impitan. Dia
berdiri di depan pintu untuk mencegah murid- muridnya menyentuh handle
pintu.
"Aku mencoba sekuat mungkin. Yang kupikirkan hanya anak-anak itu. Aku
minta ke mereka untuk diam dan kita sedang bersembunyi sehingga tidak
ada yang tahu keberadaan kami," tuturnya. "Tentu saja aku juga
ketakutan. Aku minta mereka diam, kupikir hanya ini tempat yang aman
untuk kami."
Setelah merasa cukup aman, Maryrose baru berani membuka pintu lemari
tersebut. Para orang tua murid yang anak-anaknya selamat mengucapkan
terima kasih kepada guru musik tersebut. "Aku ingin mengucapkan terima
kasih kepadanya. Dia menyelamatkan hidup mereka. Meski penembaknya terus
meminta dibukakan pintu, dia tidak membiarkannya," kata seorang ibu.
"Guru anakku seorang pahlawan. Dia mengunci anak-anak tersebut ke
dalam lemari dan menyelamatkan mereka," kata Lebinski, salah satu orang
tua murid.
sumber : tribun