Senin, 26/11/2012 06:09
![]() |
Seorang pria berdiri di wilayah remang-remang di Tokyo yang disebut Kabukicho Shinjuku dan pelayan wanitanya yang disebut Hosto. |
Penggerebekan dunia malam dengan ujung penangapan wanita asing di
Jepang biasanya berkasus cerita yang sama. Ilegal, cari duit, diperas
atau diperalat yakuza dan terpaksa mencari uang di dunia malam, sebanyak
mungkin, jutaan yen supaya paspornya bisa dikembalikan pihak yakuza.
mungkin, jutaan yen supaya paspornya bisa dikembalikan pihak yakuza.
Tidak heran ada seorang wanita Indonesia, kelahiran Pontianak,
menjadi isteri seorang yakuza di Jepang. Para pengibur wanita malam
asing biasanya men-charge tamu sekitar 12.000 yen atau sekitar
Rp 1,4 juta ( kurs Rp 116 per yen) sejam plus minuman keras yang diminum
bersama tamu, ungkap sumber Tribunnews.com, "Tentu saja termasuk urusan persetubuhan," ujarnya, menambahkan.
Hal serupa diungkapkan juga oleh penulis lepas Yukio Murakami yang ditulis pada tabloid Nikkan Gendai 25 Januari lalu.
Menurut Murakami, "Inilah perbudakan putih zaman sekarang, satu cara
meraup uang dengan cara mudah oleh para sindikat kejahatan dengan
memakai wanita asia seperti Thai dan Filipina. Dipekerjakan di snack (sunaku kurabu), club,
atau tempat pemandian air panas di daerah-daerah agar jauh dari polisi.
Lalu bagi wanita yang bekerja paling-paling hanya diberikan uang untuk
memberi makanan box atau bento dan kosmetik untuk mereka berdandan cantik".
Perbudakan zaman sekarang itu seperti sapi perahan seolah membayar
pinjaman kredit karena paspor ditahan. Mereka tak boleh ke mana-mana dan
pasti akan dikuntit dari jauh kalau pergi ke luar, sehingga tak akan
lolos ke mana-mana.
"Apabila wanita itu cukup cantik dan banyak tamunya, maka suatu waktu
pasti dibuat alasan dibuat-buat misalnya tamunya komplain pelayanan
tidak bagus, sehingga si wanita di denda cukup banyak, akibatnya jumlah
uang tabungannya tak penuh-penuh dan paspor tak bisa diterimanya
kembali. Itu memang akal-akalan bulus para sindikat kejahatan di
Jepang," jelasnya. lagi.
Banyak sekali kasus demikian terjadi di Jepang. Yang pasti semua itu
terjadi karena memang pada hakekatnya sang wanita yang kurang berusaha
untuk kabur, kalau memang tidak mau dipekerjakan demikian. Atau, memang
sudah pasrah dan lebih memilih uang sehingga melakukan demikian.
"Walau kita bekerja begini, masih lebih lumayan dapat uang cukup
banyak bila di rupiahkan, bisa menabung sedikit dan bisa kirim uang
sedikit kepada keluarga di Indonesia, daripada kerja di Indonesia
rasanya susah banget dapat uang," ungkap seorang wanita Indonesia yang
bekerja di sebuah bar, klub malam di Shinjuku.
sumber : tribun