Senin, 19 November 2012 02:09
![]() |
Bra untuk terapi pembunuh kanker ciptaan Prof Warsito |
Ibu tiga anak itu bisa sembuh setelah sebulan mengenakan alat yang
menyerupai pakaian dalam bagian atas wanita, ciptaan sang adik, Prof Dr
Warsito Purwo Taruno.
Warsito Purwo Taruno.
Penyelamatan jiwa Suwarni, memang tidak lepas dari kehebatan,
Warsito, adiknya. Awalnya, Warsito tergerak hati untuk berbuat sesuatu
menolong kakaknya yang menderita kanker payudara. Dan lebih tragis,
dokter mengdiagnosis, akibat digerogoti sel-sel kanker ganas, jika tidak
ada mukjizat, nyawa Suwarni tinggal bertahan dua tahun.
Tidak mau kehilangan kakak, selamanya, Warsito memutar otak
menciptakan alat pembunuh kanker yang bersarang di payudara. Bermodal
penguasaan ilmu di bidang electrical capacitance volume tomography
(ECVT) atau tomografi medan listrik, laki-laki 44 tahun ini membuat
pemindai yang bisa mendeteksi posisi tumor atau kanker di tubuh manusia.
Alat berbasis medan listrik yang dia temukan mampu melihat dan
mempetakan posisi kanker atau tumor secara jelas. Ia menggunakan
lempengan logam yang berfungsi sebagai penghantar listrik yang dialiri
arus dari baterai 9 volt. Alat ini bertenaga baterai yang bisa di isi
ulang, atau rechargeable.
Ia melibatkan ahli kanker dari RS Dharmais Jakarta dan UGM
Yogyakarta, alat diujicobakan pada kultur jaringan sel kanker.
Menakjubkan. Hasilnya, sepertiga jaringan kanker mati dalam tiga hari.
Posisi yang akurat terhadap posisi tumor penting agar medan listrik
melintas tepat di jaringan tumor.
Proses penciptaannya sejak Februari 2010 hingga Juni 2010. Setelah
melalui tahapan penyempurnaan, termasuk memasangnya pada kutang kanker,
Warsito mencobakan kepada Suwarni, kakaknya.
Alat ciptaan Warsito adalah pembalut dada atau bra atau BH dilengkapi
cancer electro capacitive therapy. Bra ECCT. ECCT kepanjangan dari
electro capacitive cancer treatment. Penyandang gelar doktor dari
Universitas Shizuoka, Jepang tahun 1997 menemukan pemindai tubuh
(tomografi) berbasis listrik statis, ECVT. Bentuknya seperti rompi
antipeluru setengah badan, atau kutang. Alat inilah yang yang mampu
membunuh sel-sel kanker.
Sejak awal tahun 2012, Prof Dr Warsito menjadi dosen tetap di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas
Indonesia (UI) itu kemudian membuka Ctech Labs (Center for Tomography
Research Laboratory) Edwar Technology, Ruko Perumahan Modernland,
Tanggerang, Banten. Di tempat inilah masyarakat dapat dengan mudah
mengakses "keajaiban" alat ciptaan Warsito, laki-laki kelahiran
Karangayar, Jawa Tengah, 16 Mei 1967.
Ditemui di kantornya, Ctech Labs, Kamis (15/11), Warsito mengaku
sudah melayani sekitar 3.000 orang. Mereka menggunakan alat ciptaannya
dengan sistem sewa, Rp 4 juta untuk masa enam bulan. Alat tidak
diperjualbelikan, melainkan disewakan. Setelah usai masa pemakaian, alat
ditarik dan didaur ulang.
Kini, bentuk Bra ECCT tidak lagi sebatas menyerupai bra wanita, akan
tetapi juga ada yang berbentuk celana untuk penyembuhan kanker rahim.
Bahkan ada berbentuk helm untuk membunuh kanker otak, hingga alat
berbentuk selimut untuk kanker darah. Ia menyebutkan ada sekitar 50
jenis alat yang tersedia, yang kesemuanya telah mandapatkan hak paten.
"Dari sekitar 3.000 orang itu, 70-80 persen di antaranya kondisinya
membaik. Dan pasien yang sembuh total jumlahnya mencapai di atas seratus
orang," kata Warsito dengan bangga. Namun dia tidak berdusta, "Ada juga
yang stagnan tidak membaik."
Warsito memaparkan umumnya penderita kanker yang kondisinya tidak
membaik setelah menggunakan alat ciptaanya, mungkin karena jenis kanker
yang diidapnya adalah kanker jinak, yang tidak cukup sensitif terhadap
glombang listrik statis. Sebaliknya, penderita kanker yang telah berada
di atas stadium II, justru kondisinya membaik.
Warsito mulai membuat pemindai ketika mengajar di Ohio State
University, Amerika Serikat, tahun 2001, setelah hijrah dari Jepang pada
1999. Tahun 2003, di tengah kariernya yang cemerlang di Amerika, satu
dari 15 peneliti terkemuka yang menjadi anggota Industrial Research
Consortium itu memutuskan menyempurnakan alatnya di Tanah Air.
Ia mendirikan Ctech Labs Edwar Technology dan rela pulang-balik
Jakarta - Ohio untuk mengajar di Ohio State University. Di laboratorium
yang berdiri di rumah toko Modern Land, Tangerang, Banten, itulah ia
berhasil menciptakan ECVT-nya tahun 2004.
Dua tahun kemudian, Warsito sudah menerima paten atas temuannya itu
dari biro paten Amerika. ECVT-nya telah dibeli berbagai lembaga,
termasuk NASA, yang memakainya untuk memindai keretakan dinding pesawat.
Untuk Indonesia, ia membuat Sona CT Scanner, yakni pemindai ultrasonik
untuk memeriksa dinding tabung gas bertekanan tinggi yang digunakan
pengelola bus Transjakarta.
sumber : tribun