Rabu, 31 Oktober 2012, 02:09
![]() |
ist |
lain.
Kini, dengan meledaknya perkembangan
media sosial via internet, para ayam kampus pun memanfaatkannya untuk
"berbisnis". "Pembicaraan awal menggunakan FB (Facebook), BBM
(BlackBerry Messenger), atau YM (Yahoo Messenger). Jika sudah, saya akan
menghubungi untuk ketemuan. Kebanyakan dari klien saya adalah om-om,"
ungkap BG, mahasiswi berumur 24 tahun yang mengaku sudah dua tahun
terjun ke dunia ini.
BG mengakui, tidak mudah berkomunikasi dengan
para ayam kampus. Sebab, semua harus melewati rekomendasi dari teman
seprofesi atau orang yang sudah pernah berkencan.
"Kami tidak
ingin pribadi kami ketahuan atau tersebar di mana-mana karena itu kami
sangat sulit dicari. Orang-orang bilang kami ini PSK high class,"
ujarnya.
Transaksi pun tidak bisa dilakukan dalam satu hari jadi.
Klien harus melakukan pendekatan ekstra untuk bisa mengajak kencan. BG
sendiri lebih senang diajak makan, dugem, atau nonton. Baru setelah
merasa nyaman, transaksi bisa dilakukan.
Usaha ekstra untuk bisa bertemu dan berhubungan itulah yang membuat para klien merasa penasaran.
"Ketika
mereka sudah penasaran, kami bisa meminta harga mahal. Itulah untungnya
jika transaksi dilakukan lewat media sosial," paparnya.
BG juga
mengaku pernah hampir jatuh cinta dengan kliennya. Intensitas pertemuan
dan perhatian pelanggannya itu membuatnya jatuh hati.
"Karena merasa tidak pantas, akhirnya saya memutuskan menjauh," ungkap BG.
Tarif
ayam kampus memang tergolong mahal, terlebih jika dibandingkan dengan
PSK di lokalisasi. Untuk sekali booking, diperlukan biaya Rp 500.000
sampai Rp 800.000. Harga itu belum termasuk pengeluaran untuk belanja
dan makan.
"Tarif kencan tergantung di mana ayam kampus itu
kuliah. Kalau kuliah di universitas terkenal, tarifnya akan lebih mahal
dibandingkan dengan yang kuliah di universitas yang biasa-biasa saja,"
ujar BG lagi.
Berbeda pula dengan PSK di lokalisasi, BG mengaku,
dalam satu bulan ayam kampus biasanya hanya melayani dua-tiga klien.
Klien yang dilayani pun kebanyakan menjadi pelanggan tetap. "Kadang,
kalau lagi males, ya, bisa satu bulan tidak cari klien. Namun, kalau
lagi kebutuhan banyak, bisa beberapa kali kencan," ucapnya.
Mereka
pun lebih memilih tempat kencan yang aman dan cenderung berkelas. "Saya
lebih menikmati dan merasa aman jika dilakukan di hotel atau vila di
Kaliurang. Lebih aman dan kemungkinan bertemu dengan orang yang kenal
sedikit," ujarnya.
sumber : tribun