BEIJING - Polisi China menggunakan semprotan merica, gas air mata, dan meriam air untuk membubarkan
unjuk rasa anti-Jepang di China selatan pada Minggu (16/9).

Sementara itu, penentang turun ke jalan di sejumlah kota di seluruh negeri tersebut dalam sengketa lama atas sekelompok pulau antara China dan
Jepang.
Jepang.
Unjuk rasa itu terjadi di Beijing dan banyak kota lain pada Sabtu, dengan pengunjuk rasa mengepung Kedutaan Besar Jepang, melemparkan batu, telur dan botol serta menguji jajaran polisi, memicu perdana menteri Jepang menyeru Beijing memastikan perlindungan warga dan harta negaranya.
Dalam unjuk rasa terbesar pada Minggu (16/9), polisi menembakkan sekitar 20 peluru gas air mata dan menggunakan meriam air serta semprotan merica untuk mengusir ribuan orang, yang menguasai jalan di kota selatan, Shenzhen, dekat Hong kong.
Pengunjuk rasa menyerang toko serbaada Jepang, merebut perisai polisi dan mencopot helm mereka. Satu pengunjukrasa tampak berdarah di wajahnya. Setidak-tidaknya, satu polisi terkena lemparan pot bunga.
Pengunjuk rasa menjarah toko dan menyerang mobil serta restoran Jepang di sedikit-dikitnya lima kota di Cina. Mereka juga menyerbu belasan pabrik kelolaan Jepang di Qingdao timur pada Sabtu, penyiaran NHK Jepang. Unjuk rasa itu menyebar ke 72 kota.
"Sayangnya, itu masalah tentang keselamatan warga Jepang dan perusahaan terkait Jepang," kata Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda dalam bincang-bincang di NHK, "Saya mendesak pemerintah China melindungi keselamatan mereka."
Unjukrasa itu, kemunduran terkini dalam hubungan lama bermasalah Beijing dengan Tokyo, terjadi sesudah keputusan Jepang pada Selasa untuk membeli pulau tersengketa, yang Tokyo sebut Senkaku dan Beijing menyebutnya Diaoyu, dan yang diduga mengandung cadangan gas, dari swasta Jepang pemiliknya.
Beijing menyebut keputusan itu pelanggaran menghasut atas kedaulatannya.
China diduga mengizinkan unjuk rasa itu untuk menekan Jepang, tapi pemerintah juga terancam serangan balik dari kemarahan masyarakat menjelang peralihan mulus kepemimpinan negara tersebut.
Banyak pengunjukrasa di Beijing membawa potret tinggi Mao Zedong, mendiang pemimpin revolusi, yang masih tokoh patriotik, tapi yang juga dapat berarti teguran tersirat untuk pemimpin saat ini.
sumber : micom