![]() |
ist |
(27/9/2012), di Jakarta.
Menurut
penelitian, lanjut Visa, otak orang yang adiksi pornografi ketika
dilakukan PET scan berbeda dengan otak normal (tidak teradiksi).
Otak
adiksi terjadi penipisan korteks karena ia tidak memiliki kekuatan
berjuang untuk meraih sesuatu. Ia hanya terpuaskan dengan hal-hal
pornografi, lewat poster, majalah, foto, atau video yang sangat mudah
untuk didapatkan.
Sedangkan orang yang berprestasi mempunyai
ukuran korteks normal. Karena ia menggunakan otaknya untuk belajar atau
meraih cita-citanya. Misalnya ingin mendapatkan rangking 1, IPK
tertinggi, atau menang pertandingan basket.
Di sisi lain, nukleus,
bagian belakang otak dekat hipotalamus pada manusia, akan memberi
sinyal ketika memiliki target yang belum tercapai. Pada orang yang
adiksi pornografi, sinyal akan disalahartikan.
"Nukleus ini hebat
sekali. Sinyalnya bisa disalahartikan untuk pemuas pornografi. Begitu
pula dengan orang yang tawuran, mereka bangga membela temannya, tapi itu
disalah artikan," jelas staf pengajar FKUI tersebut yang berkeinginan
meneliti otak remaja yang ikut tawuran.
sumber : tribun