Minggu, 22/04/2012 08:09
Jero Wacik: Widjajono Rambutnya Kusut, Tapi Hatinya Tidak
![]() |
Wamen Widjajono Partowidagdo |
tidaklah kusut.
"Secara pribadi saya kehilangan, karena saya dan Pak Wid itu teman sekelas sejak masuk ITB tahun 1970. Jadi betapa lamanya saya bergaul denga dia," ujar Jero Wacik di rumah duka, Jalan Ciragil II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (21/4/2012).
Menurut Jero Wacik, dirinya bekerja dengan Widjajono sudah sangat dekat. Bahkan Jero Wacik menyebut koleganya tersebut sebagai sosok yang sangat baik meski dengan perbedaan-perbedaan model dari keduanya.
"Beliau modelnya nyentrik, rambutnya pun kusut begitu, gondrong, tapi hatinya tidak kusut. Saya merasa mendapat pasangan yang baik sekali untuk memimpin ESDM," terangnya.
Setelah beberapa bulan bekerja sama dengan Widjajono, mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ini menilai kinerja keduanya sudah mulai terbentuk.
"Saya mau menjelaskan bahwa kami Kementerian ESDM sangat kehilangan beliau," ucapnya.
Hari ini Widjajono meninggal dunia di Gunung Tambora. Widjajono memang dikenal suka berpetualang mendaki gunung. Dirinya sendiri semasa kuliah dikenal suka mendaki gunung dan ikut dalam organisasi pecinta alam di Institut Teknologi Bandung (ITB). Hari ini, Widjajono meninggal dunia saat mendaki Gunung Tambora.
Sebelum memutuskan mendaki Gunung Tambora, Widjajono sempat mengajak wartawan detikFinance untuk ikut dalam pendakian.
Dalam pesan singkatnya Widjajono mengatakan: "Pada 19 April Famele Trakkers For Lupus mau ke Tambora. Diah Bisono ikut. Mau ikut? Nanti saya email Photo2 Klabat. Salam, Widjajono."
Catatan Terakhir Pak Wid: Sayangi Orang yang Kita Pimpin
Jakarta - Wamen ESDM Widjajono Partowidagdo rajin membuat tulisan inspiratif, baik itu lewat buku atau pun media lainnya. Dalam salah satu catatannya terakhirnya, Widjajono berpesan agar para pemimpin selalu menyayangi orang yang dipimpinnya.
Pesan tersebut disampaikan dalam tulisan di milis ikatan alumni ITB. Rrekan almarhum kemudian menyebarkannya pada wartawan, Sabtu (21/4/2012) malam.
Berikut catatan Widjajono:
Kalau kita menyayangi orang2 yang kita pimpin, Insya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menunjukkan cara untuk membuat mereka dan kita lebih baik. Tuhan itu Maha Pencipta, segala kehendakNya terjadi.
Saya biasa tidur jam 20 dan bangun jam 2 pagi lalu Sholat malam dan meditasi serta ceragem sekitar 30 menit lalu buka komputer buat tulisan atau nulis email.
Dalam meditasi biasa menyebutkan:
"Tuhan Engkau Maha Pengasih dan Penyayang, aku sayang kepadaMu dan sayangilah aku... Tuhan Engkau Maha Pencipta, segala kehendakMu terjadi..."
lalu saya memohon apa yang saya mau...
(dan diakhiri dgn mengucap)
"Terima kasih Tuhan atas karuniaMu."
Subuh saya Sholat di Mesjid sebelah rumah lalu jalan kaki dari Ciragil ke Taman Jenggala (pp sekitar 4 kilometer). Saya menyapa Satpam, Pembantu dan Orang Jualan yang saya temui di jalan dan akibatnya saya juga disapa oleh yang punya rumah (banyak Pejabat, Pengusaha dan Diplomat), sehingga saya memulai setiap hari dengan kedamaian dan optimisme karena saya percaya bahwa apa yang Dia kehendaki terjadi dan saya selain sudah memohon dan bersyukur juga menyayangi ciptaan-Nya dan berusaha membuat keadaan lebih baik. Oh ya, Tuhan tidak pernah kehabisan akal, jadi kita tidak perlu kuatir. Percayalah...
SBY akan Melayat Wamen ESDM di Rumah Duka
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pagi ini akan melayat Wamen ESDM Widjajono Partowidagdo di rumah duka. Rencananya, SBY akan tiba sebelum proses pemakaman.
Informasi dari staf Kementerian ESDM, SBY dijadwalkan tiba pukul 07.30 WIB di rumah duka, Jl Ciragil, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (22/4/2012).
Sebelumnya, sejumlah tokoh juga sudah melayat almarhum Widjajono. Di antaranya Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menkum HAM Amir Syamsuddin, Menteri ESDM Jero Wacik dan Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo.
Widjajono menghembuskan nafas terakhirnya saat mendaki Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat. Mendaki merupakan salah satu hobi dari Wamen nyentrik ini.
Pria kelahiran Magelang 16 September 1951 ini diketahui sesak nafas karena oksigen yang menipis di puncak gunung setinggi 2.851 meter di atas permukaan laut tersebut.
sumber : detik