Selasa, 6 Desember 2011 | 08:09
![]() |
Ilustrasi |
Awalnya, Aris menghubungi Sobirin untuk datang ke rumahnya. Setelah tiba di rumah, Aris meminta Sobirin memuaskan nafsunya. Lantaran tidak mau, Aris mengancam akan memukul Sobirin. Ancaman itu membuat Sobirin pasrah menjadi tempat pelampiasan nafsu Aris, dengan disetubuhi bagian pusarnya.
Usai melampiaskan nafsunya, Aris tertidur. Mengetahui Aris tertidur, Sobirin mengambil sebilah clurit dari dapur dan langsung membacok kepala Aris. Melihat korban bersimbah darah, Sobirin justru duduk di samping tubuh teman kencannya.
Warga yang mendengar teriakan, kemudian berdatangan ke rumah korban. Melihat Aris bersimbah darah, kemudian warga menghubungi Polsek setempat dan membawanya ke RSU Tangerang. Petugas yang datang
kemudian mengamankan Sobirin tanpa perlawanan.
kemudian mengamankan Sobirin tanpa perlawanan.
Kapolsek Metro Sepatan, AKP Sunaryo mengatakan, penganiayaan itu dilatarbelakangi sakit hati, karena korban kerap kali memaksa Sobirin dijadikan pemuas nafsu syahwatnya. Bahkan, perbuatan abnormal yang dilakukan Aris tersebut dilakukan di bagian pusar Sobirin. "Diduga korban memiliki perilaku seks yang menyimpang," ujar Kapolsek, sebagaimana disampaikan humas Polda Metro Jaya.
Kepada petugas, Sobirin mengaku sudah dua bulan berkenalan dengan Aris. Perkenalan keduanya terjadi di pabrik besi, tempat keduanya berkerja. Aris kerap mengajak Sobirin menginap di rumahnya dan memaksa untuk melakukan hubungan badan. Sobirin mengaku terpaksa menuruti kemauan Aris, pasalnya jika tidak mau memuaskan nafsu bejatnya, Aris tak segan-segan memukul dirinya.
Sejak dua tahun berpisah dengan sang istri bernama Yul, Aris mengalami penyimpangan seksual. Saat itu Aris selalu mencari pria untuk melampiaskan nafsu syahwatnya. Padahal, selama menikah dengan Yuli, Aris telah dikarunia dua anak, yakni La, 10 tahun, dan Da, 5 tahun, yang kini tinggal bersama ibunya di Ciputat, Tangerang Selatan.
Hingga kini, petugas Polsek Metro Sepatan masih melakukan penyidikan terhadap Sobirin, sedangkan korban Aris Nuryanto yang kritis belum dapat dimintai keterangan.
sumber : kompas