Jumat, 21 Oktober 2011 | 02:09
Pejabat Libya: Khadafi Tewas Dalam Konvoi
Sejumlah pejabat dari pemerintahan transisi mengabarkan jika pemimpin Libya Moammar Khadafi sudah
tertangkap dan kemungkinan tewas dalam saat tanah kelahirannya Sirte jatuh ke tangan para pemberontak, Kamis (20/10//2011). Demikian dilansir AP.

Menteri Informasi Libya Mahmoud Shammam mengatakan ia mendapatkan konfirmasi bahwa Khadafi meninggal dari dua pejuang yang melihat mayatnya. Ia juga menambahkan dirinya berharap sang perdana menteri segera mengumumkan kematiannya sembari
mengatakan sejumlah laporan masuk dan memastikan 100 persen jika kabar itu benar.
mengatakan sejumlah laporan masuk dan memastikan 100 persen jika kabar itu benar.
"Orang-orang kami di Sirte melihat mayatnya.Mustafa Abdul-Jalil akan segera mengkonfirmasikan hal itu. Ia mengatakan dari saksi mata, Khadafi ada dalam konvoi dan para pejuang yang tergabung dalam Revolutionaries menyerang konvoi tersebut.
Ajal Menjemput Khadafy di Tanah Kelahirannya
Lahir di Sirte, Moammar Khadafy akhirnya menemui ajal di kota kelahirannya itu. Sirte terletak di bagian utara Libya. Dengan ketinggian 28 meter di permukaan laut, Sirte bermuara di Teluk Sidra. Pada 2010, kota ini berpenduduk 75.358 jiwa.
Sirte, sekarang, terkenal lantaran menjadi basis terakhir pendukung Moammar Khadafy. Perebutan kota ini antara kelompok Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya versus loyalis Khadafy berlangsung alot. Bahkan, catatan berbagai media seperti CNN, Xinhua, Al Jazeera, AP, dan AFP menunjukkan kalau berminggu-minggu hujan peluru menghunjam kota itu. Namun, baru pada Kamis (20/10/2011) sekitar tengah hari waktu setempat, Sirte berada dalam genggaman NTC.
Masih dalam perebutan itu, Moammar Khadafy yang rupanya bertahan di kota kelahirannya dikabarkan tertangkap pasukan NTC dalam kondisi terluka di kedua kakinya. Meski sempat memperoleh pertolongan medis, pria kelahiran 7 Juni 1942 itu mengembuskan napas terakhirnya. Sebuah video yang ditayangkan Al Jazeera membuktikan kalau Khadafy tewas.
Saat merebut kekuasaan dari Raja Idris pada 1969, Khadafy masih berpangkat kolonel. Kendati begitu, secara de facto, sampai kini ia adalah penguasa otokrasi di Libya. Dia menghapuskan Konstitusi Libya 1951 dan menerapkan undang-undang berdasarkan ideologi politiknya. Kekuasaan yang hampir 42 tahun telah menempatkannya menjadi penguasa terlama sebagai pemimpin non-kerajaan keempat sejak 1900 dan terlama sebagai pemimpin penguasa Arab. Klaim julukan pun bermunculan mulai dari "Kakak Pemimpin", "Penjaga Revolusi", hingga "Raja dari Segala Raja".
Acap mendapat tudingan diktator dari para pengecamnya, kekuasaan Moammar Khadafy nyatanya susut sedikit demi sedikit. Adalah reformasi setahun silam yang melanda kawasan Afrika Utara mulai dari Tunisia, Mesir, sampai dengan Libya. Satu demi satu, pemimpin terhitung zalim macam Hosni Mubarak dan Zine El Abidine Ben Ali dipaksa lengser.
Sementara perang saudara di Libya pun tak terelakkan. NTC yang berbasis di Misrata gencar membombardir posisi-posisi loyalis Khadafy, termasuk mencari tanpa henti keberadaan Khadafy dan keluarganya. NTC memang memperoleh dukungan Barat melalui Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Lalu, sempat diwartakan berada di negara-negara tetangga seperti Tunisia, jejak Moammar Khadafy memang terendus di Sirte. Alhasil, berondongan senjata pasukan oposisi hari ini menuntaskan perjalanan hidup Khadafy berikut rezimnya.
sumber : kompas, tribun