Rabu, 28/09/2011 04:09
Jakarta - Satuan elit Densus 88 selalu menjadi andalan Polri untuk menghancurkan jaringan teroris di
Indonesia. Berbagai prestasi pun telah ditorehkan Densus 88. Namun Densus juga diingatkan untuk tidak merasa paling jagoan dan paling penting, karena hal ini dapat menghambat sinergi di tubuh Polri sendiri.

"Evaluasi kita dalam berbagai kasus bom. Kerjasama Densus 88 dengan Intelkam Polri itu tidak terjalin dengan baik. Intelkam biasa disepelekan Densus,
Densus merasa paling hebat dan lebih mampu," ujar Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, Selasa (27/9/2011).
Densus merasa paling hebat dan lebih mampu," ujar Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, Selasa (27/9/2011).
IPW menyayangkan tindakan Densus yang kadang arogan. Jangankan dengan sesama Polri, Densus juga berlaku arogan pada institusi lain. Neta memberikan contoh saat Densus 88 menerobos Pos Golf Bravo Bandara Polonia Medan yang dijaga TNI AU. Untungnya masalah itu bisa segera selesai dan tidak berlarut.
"Selama ini pemerintah cenderung mengagung-agungkan Densus. Karena itu mereka merasa lebih baik dari yang lain. Aparat kewilayahan pun enggan berurusan dengan mereka karena arogan itu. Aparat kepolisian daerah jadi malas," terang Neta.
IPW berharap Densus dan Polri meningkatkan upaya deteksi dini. Sinergi antara Densus, Intelkam Polri, TNI dan BIN dalam memerangi teror pun harus selalu ditingkatkan.
"Arogansi ini yang harus dikikis. Kerjasama harus terus ditingkatkan," tutupnya.
sumber : detik