Osama Tak Bersenjata, tapi Bisa Melawan
WASHINGTON - Pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, tidak bersenjata ketika pasukan khusus
Amerika Serikat menyerang kompleksnya di Pakistan. Namun, Osama melawan sebelum dia ditembak. Demikian menurut juru bicara Gedung Putih, Jim Garner, Selasa (3/5/2011).

Lalu, Osama melawan dengan apa?
Garney menolak ketika diminta merinci soal kelakuan Osama pada saat serangan itu. Perlawanan tidak (selalu) membutuhkan senjata api, katanya. Pasukan AS menghadapi tembak-menembak sepanjang serangan 40 menit itu.
"Kami memperkirakan perlawanan besar-besaran dan kami telah menghadapi perlawanan besar-besaran. Ada banyak orang lain yang bersenjata di kompleks itu," kata Garney.
Garney juga mengatakan, tewasnya Osama tidak mungkin memengaruhi jadwal waktu AS mengeluarkan tentaranya dari Afganistan. Ia menambahkan, rencana untuk memulai pengurangan tentara AS di Afganistan tetap dilakukan pada Juli.
Telepon Kuwaiti Ungkap Jejak Osama
Operasi komando yang menewaskan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden, Senin (2/5/2011) dini hari, hanya berlangsung 40 menit, tetapi persiapan menuju operasi menentukan itu butuh bertahun-tahun. Hampir 10 tahun Osama bin Laden berhasil menutupi jejak pelarian sampai satu panggilan telepon mengubah segalanya....
Sejak Osama berhasil meloloskan diri dari serangan masif pasukan Amerika Serikat di wilayah pegunungan Tora Bora, Afganistan, Desember 2001, jejaknya bagaikan menghilang. Ia pindah dari tempat persembunyian satu ke tempat lain dan menghindari pembicaraan telepon atau bentuk komunikasi elektronik lain yang bisa dilacak Badan Pusat Intelijen AS (CIA).
Komunikasi langsung dengan para komandan lapangan, apalagi dengan para prajuritnya, juga terlalu riskan karena akan mudah terdeteksi. Satu-satunya pilihan aman untuk berkomunikasi adalah melalui sarana kurir, pembawa pesan yang dipercaya Osama dengan seluruh jiwa raganya.
Para petugas CIA sadar betul kurir ini adalah kunci menuju tempat persembunyian Osama. Masalahnya, mencari kurir ini hampir sama susahnya dengan mencari Osama sendiri.
Dari para anggota Al Qaeda yang ditahan CIA sejak peristiwa 11 September 2001, hanya didapat nama samaran kurir tersebut, yakni Abu Ahmed al-Kuwaiti. Pemimpin nomor tiga Al Qaeda, Khalid Sheikh Mohammed, mengakui mengenal al-Kuwaiti, tetapi membantah orang itu terkait gerakan Al Qaeda.
Baru pada 2004, setelah CIA menangkap Hassan Ghul, seorang tokoh operasi lapangan Al Qaeda, didapat konfirmasi bahwa al-Kuwaiti adalah seorang kurir penting. Ghul juga mengatakan, al-Kuwaiti adalah orang dekat Faraj al-Libi yang menggantikan Khalid Sheikh Mohammed sebagai komandan operasi Al Qaeda. "Hassan Ghul menjadi mata rantai penting (dalam operasi pelacakan Osama)," tutur seorang pejabat intelijen AS yang berbicara dalam kondisi anonim karena sensitivitas masalah ini.
Mei 2005, al-Libi tertangkap. Kepada CIA ia mengaku perintah pengangkatannya menggantikan Mohammed disampaikan seorang kurir. Namun, dia mengarang nama lain untuk kurir tersebut dan membantah mengenal al-Kuwaiti.
Kengototan Mohammed dan al-Libi terkait al-Kuwaiti justru makin meyakinkan CIA akan pentingnya posisi al-Kuwaiti. Mohammed bahkan dilaporkan tak menyebut nama al-Kuwaiti sedikit pun saat disiksa dengan teknik waterboarding.
Titik balik
Melalui beberapa interogasi dengan para perwira kelas menengah Al Qaeda dan keluarganya, akhirnya CIA mendapat identitas asli al-Kuwaiti, yakni Sheikh Abu Ahmed, warga Pakistan yang lahir di Kuwait.
Meski demikian, CIA tidak tahu persis di mana Ahmed berada. Dua tahun lalu mereka hanya tahu Ahmed dan seorang saudaranya beroperasi di suatu tempat dekat Islamabad, Pakistan.
Sampai akhirnya pertengahan tahun lalu Ahmed menelepon seseorang yang sedang diawasi CIA. Satu panggilan telepon ini menjadi titik balik bagi CIA dan membuka jalan untuk menelusuri jejak persembunyian Osama.
Agustus 2010, agen-agen rahasia AS akhirnya menemukan tempat tinggal Ahmed di sebuah rumah besar di Abbottabad, Pakistan. Ia tinggal bersama keluarganya dan satu keluarga lagi yang tinggal di rumah tertutup dinding tinggi itu.
Sejak saat itu, CIA bersama Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dan Badan Intelijen Geospasial Nasional (NGA), yang menganalisis citra satelit dan foto dari pesawat mata-mata, memusatkan perhatian pada rumah berlantai tiga ini.
Situasi pun berkembang makin cepat, dari hitungan pekan ke hitungan hari dan jam. Sampai akhirnya, setelah makin yakin rumah itu berisi tokoh penting Al Qaeda yang kemungkinan besar adalah Osama, Presiden Barack Obama, Jumat (29/4/2011), memerintahkan operasi militer untuk menyerbu rumah itu. Akhir perjalanan Osama bin Laden telah ditentukan.
Osama Hidup Mewah
ABBOTTABAD - Sejumlah fakta seputar keberadaan dan tempat persembunyian Osama bin Laden tidak pernah berhenti membuat orang terkejut. Beberapa tahun menjelang kematiannya, dia dipastikan tidak pernah tinggal secara nomaden di goa-goa di perbatasan Pakistan-Afganistan.
Penggambaran tentang itu selama ini kerap muncul dalam sejumlah tayangan rekaman videonya yang sering ditayangkan berbagai jaringan media massa global.
Pascakematiannya pada Senin dini hari, Osama diketahui tinggal dan bersembunyi di sebuah bangunan luas nan mewah. Kompleks tersebut terletak di kawasan wisata yang sangat terkenal di kalangan ekspatriat, yakni di Abbottabad, sekitar 60 kilometer utara ibu kota Pakistan, Islamabad.
Selain rumah persembunyiannya yang mewah, sejumlah tetangga sekitar rumah juga mengaku terbiasa melihat berbagai mobil mewah, salah satunya jenis Land Cruiser besar, yang keluar masuk rumah itu. Namun, para tetangga mengaku tidak curiga ada sekelompok orang asing, apalagi Osama, tinggal di rumah itu.
Temuan baru lain yang tidak kalah mengejutkan, Pemerintah AS meyakini bangunan itu sengaja dirancang dan dibangun untuk tempat tinggal Osama. Rumah itu didirikan tahun 2005. Temuan baru itu disampaikan salah seorang sumber Pemerintah AS, seperti diwartakan ABC News, Selasa (3/5/2011).
Sumber itu juga mempertanyakan lokasi bangunan yang terletak di lingkungan tempat tinggal para pensiunan petinggi militer Pakistan dan malah tidak jauh dari markas Akademi Militer Kakul.
"Sangat tidak bisa dibayangkan keberadaan (Osama) tidak pernah mendapat dukungan apa pun di negeri itu sehingga memungkinkan dia bisa tinggal dan bersembunyi dalam periode waktu sepanjang itu," ujar penasihat kontraterorisme Gedung Putih, John Brennan.
Secara fisik, bangunan tempat persembunyian Osama memang jauh lebih besar dan luas dari rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Bangunan mewah tanpa jaringan telepon dan internet itu juga dilindungi dinding tinggi berlapis lengkap dengan kawat berduri yang bahkan juga melingkari kabel sambungan listrik ke rumah itu.
Sulit bekerja sama
Menyusul banyaknya temuan kontroversial itu, pihak Pakistan dinilai punya banyak hal yang harus mereka jelaskan. "Bagaimana bisa Pakistan selama ini tidak mampu mengetahui dia (Osama) tinggal di resor pariwisata di luar kota Islamabad? Sepertinya dia memang dilindungi oleh Pakistan. Jika hal itu benar, tentu akan sangat sulit bagi kedua negara untuk melanjutkan kerja sama mereka kecuali Pakistan dapat menjelaskan bagaimana bisa mereka tidak tahu," ujar peneliti Chatham House, Gareth Price, di London.
Beberapa waktu sebelumnya, hubungan antarinstitusi keamanan kedua negara, terutama intelijen, memang kerap menegang.
Pakistan sangat keberatan dengan serangan pesawat pengebom tanpa pilot (drone) AS yang sejak tahun 2008 telah ratusan kali menyerang sejumlah titik di kawasan perbatasan Pakistan-Afganistan, yang diyakini menjadi tempat persembunyian anggota dan pemimpin Al Qaeda.
Pakistan sempat mendesak AS menghentikan serangan-serangan itu dengan alasan banyak warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, yang menjadi korban tewas.
Satu-satunya bantahan dilontarkan pejabat senior intelijen Pakistan. "Kami tidak (akan) menjelaskan apa pun karena kami memang tidak tahu. Titik," ujarnya tanpa mau dikutip namanya.
CIA: Pengganti Osama Musuh Nomor 1 AS
WASHINGTON - Meskipun belum bisa dipastikan siapa yang akan menggantikan Osama bin Laden sebagai memimpin baru Al Qaeda, Direktur CIA (Badan Pusat Intelijen AS), Leon Panetta, Selasa (3/5/2011), mengatakan, siapa pun yang menggantikan Osama, orang itu akan menjadi musuh publik baru nomor satu Amerika.
Wakil Bin Laden, Ayman al Zawahiri, diperkirakan sejumlah kalangan akan mengambil alih posisi Osama, tetapi tidak jelas seberapa cepat itu akan terjadi dan Zawahiri mungkin akan lebih dulu fokus pada keamanan kelompok sendiri setelah operasi khusus pasukan AS menewaskan pemimpin jaringan teroris global itu dalam sebuah serangan yang berani. "Dia (Zawahiri) bergerak sangat cepat dalam daftar," kata Panetta pada program "Evening News dengan Katie Couric" di televisi CBS.
Panetta mengatakan, sebelum pemimpin baru Al Qaeda secara resmi ditunjuk, Amerika berharap untuk bisa mengambil keuntungan dari situasi tersebut. "Kami berpikir bahwa hal itu (kekosongan kepemimpinan) akan memberi kami kesempatan untuk dapat terus menyerang mereka yang dalam kondisi kebingungan dan perdebatan terkait siapa yang akhirnya menggantikan Osama," kata Panetta. "Tapi saya dapat meyakinkan Anda, siapa pun yang menggangantikan Osama, ia akan menjadi (buruan) nomor satu dalam daftar kami." Persembunyian Osama di sebuah kompleks luas di kota garnisun Abbottabad, di utara Islamabad, telah menimbulkan spekulasi luas bahwa keberadaan bekas pemimpin Al Qaeda itu telah diketahui oleh pemerintah Pakistan. Namun Panetta mengatakan, pemerintah AS tidak punya petunjuk intelijen bahwa "Pakistan ... menyadari bin Laden ada di sana, atau bahwa kompleks itu adalah tempat di mana ia bersembunyi."
Kenyataan bahwa kompleks itu terletak dekat dengan akademi militer elit dan bahwa bin Laden telah tinggal di sana sekitar lima tahun, kata Panetta, tetap merupakan sesuatu yang harus dijelaskan oleh Islamabad. "Saya hanya berpikir bahwa mereka perlu menanggapi pertanyaan-pertanyaan tentang mengapa mereka tidak tahu ada kompleks semacam itu," katanya.
Ketika ditanya, apakah Pakistan seharusnya dinyatakan sebagai negara teroris? Panetta menjawab bahwa hubungan AS-Pakistan memang merupakan suatu yang "sangat rumit dan sulit". Namun ia memperingatkan, ikatan hubungan itu tidak boleh putus. "Dengar, kami nyaris melakukan perang di negara mereka untuk mengejar Al Qaeda," katanya. "Dan pada saat yang sama, kami sedang berusaha untuk membantu mereka dalam upaya agar (mereka) bisa menghadapi terorisme di belahan dunia itu. Dan mereka telah memberikan kami sejumlah bantuan, dan mereka, dalam sejumlah hal, telah bekerjasama dengan kami."
Wakil Bin Laden, Ayman al Zawahiri, diperkirakan sejumlah kalangan akan mengambil alih posisi Osama, tetapi tidak jelas seberapa cepat itu akan terjadi dan Zawahiri mungkin akan lebih dulu fokus pada keamanan kelompok sendiri setelah operasi khusus pasukan AS menewaskan pemimpin jaringan teroris global itu dalam sebuah serangan yang berani. "Dia (Zawahiri) bergerak sangat cepat dalam daftar," kata Panetta pada program "Evening News dengan Katie Couric" di televisi CBS.
Panetta mengatakan, sebelum pemimpin baru Al Qaeda secara resmi ditunjuk, Amerika berharap untuk bisa mengambil keuntungan dari situasi tersebut. "Kami berpikir bahwa hal itu (kekosongan kepemimpinan) akan memberi kami kesempatan untuk dapat terus menyerang mereka yang dalam kondisi kebingungan dan perdebatan terkait siapa yang akhirnya menggantikan Osama," kata Panetta. "Tapi saya dapat meyakinkan Anda, siapa pun yang menggangantikan Osama, ia akan menjadi (buruan) nomor satu dalam daftar kami." Persembunyian Osama di sebuah kompleks luas di kota garnisun Abbottabad, di utara Islamabad, telah menimbulkan spekulasi luas bahwa keberadaan bekas pemimpin Al Qaeda itu telah diketahui oleh pemerintah Pakistan. Namun Panetta mengatakan, pemerintah AS tidak punya petunjuk intelijen bahwa "Pakistan ... menyadari bin Laden ada di sana, atau bahwa kompleks itu adalah tempat di mana ia bersembunyi."
Kenyataan bahwa kompleks itu terletak dekat dengan akademi militer elit dan bahwa bin Laden telah tinggal di sana sekitar lima tahun, kata Panetta, tetap merupakan sesuatu yang harus dijelaskan oleh Islamabad. "Saya hanya berpikir bahwa mereka perlu menanggapi pertanyaan-pertanyaan tentang mengapa mereka tidak tahu ada kompleks semacam itu," katanya.
Ketika ditanya, apakah Pakistan seharusnya dinyatakan sebagai negara teroris? Panetta menjawab bahwa hubungan AS-Pakistan memang merupakan suatu yang "sangat rumit dan sulit". Namun ia memperingatkan, ikatan hubungan itu tidak boleh putus. "Dengar, kami nyaris melakukan perang di negara mereka untuk mengejar Al Qaeda," katanya. "Dan pada saat yang sama, kami sedang berusaha untuk membantu mereka dalam upaya agar (mereka) bisa menghadapi terorisme di belahan dunia itu. Dan mereka telah memberikan kami sejumlah bantuan, dan mereka, dalam sejumlah hal, telah bekerjasama dengan kami."
sumber : kompas