Usamah Meminta Anaknya tak Masuk Alqaidah
Usamah bin Ladin adalah sosok yang kontroversial dimata dunia. Bagi sebagian ia adalah teroris tulen yang seakan berhati dingin dan kejam. Tapi bagi sebagian lain, Usamah adalah simbol perlawanan atas hegemoni Amerika Serikat dan Eropa atas kesewenang-wenangan mereka terhadap dunia
Islam.
Tak lupa, Usamah juga pernah bekerja sama dengan AS di Afghanistan untuk mengusir Sovyet. Kini setelah dikabarkan tewas dalam penyergapan di Abbottabad, Pakistan, Usamah tetap menjadi
sosok yang misterius. Republika mencoba menguliti sedikit kehidupan pribadi Usamah bin Ladin, keturunan konglomerat Mohammed bin Ladin asal Arab Saudi.
Islam.
Tak lupa, Usamah juga pernah bekerja sama dengan AS di Afghanistan untuk mengusir Sovyet. Kini setelah dikabarkan tewas dalam penyergapan di Abbottabad, Pakistan, Usamah tetap menjadi
sosok yang misterius. Republika mencoba menguliti sedikit kehidupan pribadi Usamah bin Ladin, keturunan konglomerat Mohammed bin Ladin asal Arab Saudi.
Bagaimana masa kecilnya. Apa yang mempengaruhi pergerakan Usamah. Mengambil bahan dari buku pemenang hadiah Pullitzer 2007, The Looming Tower karangan Lawrence Right, berikut tulisan terakhir episode kehidupan Usamah bin Ladin. Selamat menikmati:
Sebuah video kaset dikirim ke stasiun televisi Aljazeera biro Pakistan, 7 Oktober 2001. Isinya adalah Usamah bin Ladin memuji serangan ke WTC. "Itulah Amerika Serikat. Diserang oleh kekuatan Tuhan di titik yang paling lemah. Gedung tertinggi mereka hancur. Terima kasih Tuhan! Kini rakyat AS ketakutan. Dari utara ke selatan dari timur ke barat. Terima kasih Tuhan!" kata Usamah.
"Peristiwa ini telah membelah dunia menjadi dua. Pertama adalah mereka yang percaya. Kedua adalah mereka yang kafir. Semoga Tuhan menjauhkan kita dari kaum kafir. Setiap muslim harus membuat agamanya berjaya. Angin kemenangan telah datang," sambung Usamah. Tayangan ini beredar di tiap televisi di barat. Menjadikan Usamah sebagai musuh nomor satu mereka.
Dalam satu kesempatan, Usamah dan Zawahiri bertemu dengan Khaled bin Ouda di Kandahar. "Kami telah merencanakan dan mengkalkulasi semuanya. Kami mengestimasi korban jatuh dari pihak musuh. Kami sudah memperkirakan penumpang pesawat yang jadi korban dan para penghuni perkantoran di tiga atau empat tingkat dari tempat pesawat menabrak. Saya optimistis terhadap rencana ini," kata Usamah.
Ia menambahkan, "Bahan bakar dari pesawat yang menabrak akan menambah efek panas pada gedung. Baja penopang gedung akan memanas, berubah warna jadi merah, dan kehilangan kekuatannya untuk menopang gedung. Jadi, kalau pesawat menabrak gedung di bagian ini," Usamah menirukan gedung dengan tangannya. "Sebagian dari gedung itu akan hancur. Itulah yang kita harapkan."
Presiden AS George W Bush segera melancarkan serangan ke Afghanistan, terutama wilayah Tora Bora. Tempat Usamah dan pengikutnya bersembunyi. Di kawasan pegunungan batu yang penuh gua ini, Usamah dan Zawahiri berupaya menaikkan semangat anggota Alqaidah. Sebab saban hari mereka dibombardir oleh pesawat tempur AS. "Kekuatan kami hanya sekitar 300 mujahidin," kata Usamah. "Tapi kami mampu menggali seratus lorong bawah tanah yang tersebar di Tora Bora sehingga mereka susah menemukan kami," katanya.
Pada 17 Desember 2001, Usamah menulis surat. Ia merasa dikhianati oleh kaum Muslim yang enggan ikut serta dalam perjuangannya di Afghanistan. Berbeda ketika ia berjuang melawan Sovyet dahulu. Bahkan sekutunya, Taliban, pun menarik dukungan. Hanya sebagian kelompok yang masih setia. "Banyak yang menyerah atau melarikan diri," tulis Usamah.
Pertempuran Tora Bora memperlemah kekuatan Alqaidah. Tapi Usamah dan petinggi Alqaidah selamat karena sudah lari ke Pakistan. Di sini, Usamah menulis: "Saya merasa seluruh Muslim dalam situasi seperti ini adalah saudara. Pengeboman Kedubes AS di Afrika Timur, hancurnya WTC dan Pentagon adalah kemenangan besar. Meski gerakan kami mengalami hadangan luar biasa, tapi peristiwa-peristiwa itu adalah awal dari hancurnya Amerika dan kaum kafir barat setelah bertahun-tahun," katanya.
Surat Usamah juga ditujukan ke istri-istrinya. "Istriku, semoga Tuhan memberkatimu. Kau tahu sejak hari pertama kita menikah, jalan yang kita tempuh tidak akan mulus. Penuh dengan duri dan ranjau. Tapi kau telah melepaskan seluruh kesenangan duniawi, dan keluargamu. Kau memilih hidup dengan keras di sisiku."
Kepada anak-anaknya, Usamah menulis: "Anak-anakku. Maafkan ayahmu ini karena kurang memperhatikan kalian. Ayahmu telah memilih jalan jihad. Jalan yang sukar yang penuh rintangan. Jika tidak dikhianati banyak orang, ayahmu ini akan berjaya."
Usamah lantas menasehati anak-anaknya agar tidak mengikut gerakan Alqaidah. Ia mengutip kata-kata Khalifah Umar bin Khatab yang meminta anaknya Abdullah untuk tidak menjadi khalifah setelah ia meninggal. "Jika memang hidup ini sudah baik, maka biarkanlah. Bila tidak, maka cukup aku saja yang menderita," kata Usamah.
Pada Maret 2002, Alqaidah mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatan mereka di pegunungan Khost. Di atas, pesawat pengintai AS berputar-putar mencari titik titik Alqaidah. Sementara di darat, pasukan koalisi AS-Afghanistan berpencar ke sisi-sisi pegunungan Khost. Mereka terus mengejar Usamah. Titik pertempuran terjadi di lembah Shah-e-Kot, timur Afghanistan. Usamah dan pengikutnya terus terkepung. Tuan tanah lokal yang biasa membantu mereka sudah disogok oleh AS. Jalur suplai makanan dan senjata ditutup.
Namun sejumlah petinggi Alqaidah bisa meloloskan diri ke desa terdekat. Tempat tuan tanah bernama Gula Jan memimpin milisi kecil. Gula adalah simpatisan Taliban. "Saya melihat seseorang Arab yang mengenakan kaca mata hitam dan turban putih. Dia berpakaian seperti Arab tapi bajunya bagus. Dia dikawal dua orang lainnya yang mengenakan turban tertutup," kata Gula Jan.
Pria Arab itu menegurnya dengan sopan dan mengajaknya bergurai. Ia bertanya soal pasukan Afghanista dan lokasi pasukan AS dan Koalisi Utara pemerintah. "Kami takut bertemu mereka, tunjukkan kami jalan rahasia," pinta si pria.
Gula Jan tiba-tiba ingat akan sebuah selebaran yang ditebarkan oleh pasukan AS sebelumnya. Dalam selebaran itu ada wajah yang mirip dengan pria di depannya. Sebuah tulisan besar di selebaran itu: Ayman al Zawahiri, kepalanya seharga 25 juta dolar AS.
Gula Jan kembali bercakap-cakap dengan tamunya. Si Arab mengatakan, "Semoga Tuhan melindungimu dari musuh-musuh Islam. Jangan beritahu mereka darimana kami datang dan ke mana kami pergi," katanya.
Sebuah nomor telepon tertera di selebaran yang ada di tangan Gula Jan. Tapi Gula Jan tak punya telepon. Zawahiri dan penjaganya pun telah hilang di telan debu. Mereka berkuda ke arah pegunungan.
"Peristiwa ini telah membelah dunia menjadi dua. Pertama adalah mereka yang percaya. Kedua adalah mereka yang kafir. Semoga Tuhan menjauhkan kita dari kaum kafir. Setiap muslim harus membuat agamanya berjaya. Angin kemenangan telah datang," sambung Usamah. Tayangan ini beredar di tiap televisi di barat. Menjadikan Usamah sebagai musuh nomor satu mereka.
Dalam satu kesempatan, Usamah dan Zawahiri bertemu dengan Khaled bin Ouda di Kandahar. "Kami telah merencanakan dan mengkalkulasi semuanya. Kami mengestimasi korban jatuh dari pihak musuh. Kami sudah memperkirakan penumpang pesawat yang jadi korban dan para penghuni perkantoran di tiga atau empat tingkat dari tempat pesawat menabrak. Saya optimistis terhadap rencana ini," kata Usamah.
Ia menambahkan, "Bahan bakar dari pesawat yang menabrak akan menambah efek panas pada gedung. Baja penopang gedung akan memanas, berubah warna jadi merah, dan kehilangan kekuatannya untuk menopang gedung. Jadi, kalau pesawat menabrak gedung di bagian ini," Usamah menirukan gedung dengan tangannya. "Sebagian dari gedung itu akan hancur. Itulah yang kita harapkan."
Presiden AS George W Bush segera melancarkan serangan ke Afghanistan, terutama wilayah Tora Bora. Tempat Usamah dan pengikutnya bersembunyi. Di kawasan pegunungan batu yang penuh gua ini, Usamah dan Zawahiri berupaya menaikkan semangat anggota Alqaidah. Sebab saban hari mereka dibombardir oleh pesawat tempur AS. "Kekuatan kami hanya sekitar 300 mujahidin," kata Usamah. "Tapi kami mampu menggali seratus lorong bawah tanah yang tersebar di Tora Bora sehingga mereka susah menemukan kami," katanya.
Pada 17 Desember 2001, Usamah menulis surat. Ia merasa dikhianati oleh kaum Muslim yang enggan ikut serta dalam perjuangannya di Afghanistan. Berbeda ketika ia berjuang melawan Sovyet dahulu. Bahkan sekutunya, Taliban, pun menarik dukungan. Hanya sebagian kelompok yang masih setia. "Banyak yang menyerah atau melarikan diri," tulis Usamah.
Pertempuran Tora Bora memperlemah kekuatan Alqaidah. Tapi Usamah dan petinggi Alqaidah selamat karena sudah lari ke Pakistan. Di sini, Usamah menulis: "Saya merasa seluruh Muslim dalam situasi seperti ini adalah saudara. Pengeboman Kedubes AS di Afrika Timur, hancurnya WTC dan Pentagon adalah kemenangan besar. Meski gerakan kami mengalami hadangan luar biasa, tapi peristiwa-peristiwa itu adalah awal dari hancurnya Amerika dan kaum kafir barat setelah bertahun-tahun," katanya.
Surat Usamah juga ditujukan ke istri-istrinya. "Istriku, semoga Tuhan memberkatimu. Kau tahu sejak hari pertama kita menikah, jalan yang kita tempuh tidak akan mulus. Penuh dengan duri dan ranjau. Tapi kau telah melepaskan seluruh kesenangan duniawi, dan keluargamu. Kau memilih hidup dengan keras di sisiku."
Kepada anak-anaknya, Usamah menulis: "Anak-anakku. Maafkan ayahmu ini karena kurang memperhatikan kalian. Ayahmu telah memilih jalan jihad. Jalan yang sukar yang penuh rintangan. Jika tidak dikhianati banyak orang, ayahmu ini akan berjaya."
Usamah lantas menasehati anak-anaknya agar tidak mengikut gerakan Alqaidah. Ia mengutip kata-kata Khalifah Umar bin Khatab yang meminta anaknya Abdullah untuk tidak menjadi khalifah setelah ia meninggal. "Jika memang hidup ini sudah baik, maka biarkanlah. Bila tidak, maka cukup aku saja yang menderita," kata Usamah.
Pada Maret 2002, Alqaidah mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatan mereka di pegunungan Khost. Di atas, pesawat pengintai AS berputar-putar mencari titik titik Alqaidah. Sementara di darat, pasukan koalisi AS-Afghanistan berpencar ke sisi-sisi pegunungan Khost. Mereka terus mengejar Usamah. Titik pertempuran terjadi di lembah Shah-e-Kot, timur Afghanistan. Usamah dan pengikutnya terus terkepung. Tuan tanah lokal yang biasa membantu mereka sudah disogok oleh AS. Jalur suplai makanan dan senjata ditutup.
Namun sejumlah petinggi Alqaidah bisa meloloskan diri ke desa terdekat. Tempat tuan tanah bernama Gula Jan memimpin milisi kecil. Gula adalah simpatisan Taliban. "Saya melihat seseorang Arab yang mengenakan kaca mata hitam dan turban putih. Dia berpakaian seperti Arab tapi bajunya bagus. Dia dikawal dua orang lainnya yang mengenakan turban tertutup," kata Gula Jan.
Pria Arab itu menegurnya dengan sopan dan mengajaknya bergurai. Ia bertanya soal pasukan Afghanista dan lokasi pasukan AS dan Koalisi Utara pemerintah. "Kami takut bertemu mereka, tunjukkan kami jalan rahasia," pinta si pria.
Gula Jan tiba-tiba ingat akan sebuah selebaran yang ditebarkan oleh pasukan AS sebelumnya. Dalam selebaran itu ada wajah yang mirip dengan pria di depannya. Sebuah tulisan besar di selebaran itu: Ayman al Zawahiri, kepalanya seharga 25 juta dolar AS.
Gula Jan kembali bercakap-cakap dengan tamunya. Si Arab mengatakan, "Semoga Tuhan melindungimu dari musuh-musuh Islam. Jangan beritahu mereka darimana kami datang dan ke mana kami pergi," katanya.
Sebuah nomor telepon tertera di selebaran yang ada di tangan Gula Jan. Tapi Gula Jan tak punya telepon. Zawahiri dan penjaganya pun telah hilang di telan debu. Mereka berkuda ke arah pegunungan.
Khidmat, Obama Heningkan Cipta di Ground Zero
New York - Presiden AS Barack Obama meletakkan sebuah rangkaian bunga berwarna merah, putih dan biru di Ground Zero, New York, Kamis waktu setempat. Hal itu dilakukan Obama saat berkumpul dengan keluarga korban 9/11 setelah Osama Bin Laden terbunuh.
Seperti dilansir AFP, Kamis (5/5/2011), Obama dengan khidmat menundukkan kepalanya dan mengheningkan cipta setelah meletakkan rangkaian bunga di sebuah tempat, dimana menara kembar World Trade Center itu dulu berdiri. Menara megah runtuh karena serangan teroris yang membajak pesawat 2001 silam.
Obama, dalam kunjungannya pertama kali saat menjadi presiden, kemudian bertemu dengan para kerabat korban serangan, para pemadam kebakaran dan polisi, untuk mengakui kekalahan telak mereka pada hari penyerangan.
Sebelumnya, dalam kunjungannya ke kantor pemadam kebakaran, Obama mengatakan, kematian Osama itu adalah sebuah pesan kepada para teroris bahwa Amerika tidak pernah melupakan peristiwa penyerangan 11 September 2001.
"Ketika kita mengatakan tidak akan pernah melupakan, kita bersungguh-sungguh atas apa yang kita katakan," kata Obama.
Seperti dilansir AFP, Kamis (5/5/2011), Obama dengan khidmat menundukkan kepalanya dan mengheningkan cipta setelah meletakkan rangkaian bunga di sebuah tempat, dimana menara kembar World Trade Center itu dulu berdiri. Menara megah runtuh karena serangan teroris yang membajak pesawat 2001 silam.
Obama, dalam kunjungannya pertama kali saat menjadi presiden, kemudian bertemu dengan para kerabat korban serangan, para pemadam kebakaran dan polisi, untuk mengakui kekalahan telak mereka pada hari penyerangan.
Sebelumnya, dalam kunjungannya ke kantor pemadam kebakaran, Obama mengatakan, kematian Osama itu adalah sebuah pesan kepada para teroris bahwa Amerika tidak pernah melupakan peristiwa penyerangan 11 September 2001.
"Ketika kita mengatakan tidak akan pernah melupakan, kita bersungguh-sungguh atas apa yang kita katakan," kata Obama.
sumber : detik, republika