SEBUAH bom meledak kemudian menghantam kendaraan rombongan Ketua Islam Garis Keras Maulana
Fazlur Rehman di Kota Charsadda yang terletak di utara Pakistan, kemarin.
Bom tersebut meledak dua kali dan menewaskan 10 orang yang berada dalam rombongan. Salah satu korban tewas adalah anggota Kepolisian Charsadda.
Selain menelan korban jiwa, ledakan bom itu melukai 20 orang dan merusak kendaraan rombongan serta beberapa toko dan rumah warga yang terletak di
sepanjang jalan.
Kuat dugaan bom tersebut mengincar Rehman. Dugaan polisi itu berdasarkan ledakan bom yang terjadi sehari sebelumnya yang meledak setelah rombongan Rehman melintas di jalan yang sama. Ledakan itu tidak melukai rombongan Rehman, tapi membunuh 13 warga sekitar.
Maulana Fazlur Rehman yang merupakan Ketua Jamiat Ulama Islam memberikan keterangan kepada TV lokal bahwa ledakan bom itu tidak melukainya, tapi merusak mobilnya.
Rehman adalah pendukung setia kelompok Taliban Afghanistan, tapi beberapa kelompok militan di Pakistan menargetkan siapa saja menjadi korban bom jika terlihat mendukung pemerintahan dan mendukung Amerika Serikat (AS).
Dan berdasarkan rilis kawat diplomatik yang dikeluarkan WikiLeaks pada 2010, Rehman diduga mencari dukungan dari para pejabat AS di Pakistan kendati ia masih terus mengkritik pemerintahan Washington di depan rakyat Pakistan.
Kepolisian setempat kemudian mengerahkan pasukannya untuk menyelidiki ledakan itu. Namun, kepolisian belum dapat memastikan kelompok yang bertanggung jawab atas ledakan itu.
"Kami masih mempelajari metodenya karena yang pertama adalah bom bunuh diri dari atas motor. Namun, siapa saja bisa menjadi target ledakan bom," kata salah satu anggota Kepolisian Charsadda.
Kelompok politisi maupun tokoh terkenal di Pakistan kerap menjadi incaran serangan bom. Sebelumnya mantan mata-mata Pakistan Sultan Amir Tarar atau yang dikenal sebagai Kolonel Imam, dibunuh dengan tembakan peluru tajam. Kolonel Imam dikenal membantu bangkitnya kelompok Taliban di Afghanistan pada 1990-an.

Bom tersebut meledak dua kali dan menewaskan 10 orang yang berada dalam rombongan. Salah satu korban tewas adalah anggota Kepolisian Charsadda.
Selain menelan korban jiwa, ledakan bom itu melukai 20 orang dan merusak kendaraan rombongan serta beberapa toko dan rumah warga yang terletak di
sepanjang jalan.
Kuat dugaan bom tersebut mengincar Rehman. Dugaan polisi itu berdasarkan ledakan bom yang terjadi sehari sebelumnya yang meledak setelah rombongan Rehman melintas di jalan yang sama. Ledakan itu tidak melukai rombongan Rehman, tapi membunuh 13 warga sekitar.
Maulana Fazlur Rehman yang merupakan Ketua Jamiat Ulama Islam memberikan keterangan kepada TV lokal bahwa ledakan bom itu tidak melukainya, tapi merusak mobilnya.
Rehman adalah pendukung setia kelompok Taliban Afghanistan, tapi beberapa kelompok militan di Pakistan menargetkan siapa saja menjadi korban bom jika terlihat mendukung pemerintahan dan mendukung Amerika Serikat (AS).
Dan berdasarkan rilis kawat diplomatik yang dikeluarkan WikiLeaks pada 2010, Rehman diduga mencari dukungan dari para pejabat AS di Pakistan kendati ia masih terus mengkritik pemerintahan Washington di depan rakyat Pakistan.
Kepolisian setempat kemudian mengerahkan pasukannya untuk menyelidiki ledakan itu. Namun, kepolisian belum dapat memastikan kelompok yang bertanggung jawab atas ledakan itu.
"Kami masih mempelajari metodenya karena yang pertama adalah bom bunuh diri dari atas motor. Namun, siapa saja bisa menjadi target ledakan bom," kata salah satu anggota Kepolisian Charsadda.
Kelompok politisi maupun tokoh terkenal di Pakistan kerap menjadi incaran serangan bom. Sebelumnya mantan mata-mata Pakistan Sultan Amir Tarar atau yang dikenal sebagai Kolonel Imam, dibunuh dengan tembakan peluru tajam. Kolonel Imam dikenal membantu bangkitnya kelompok Taliban di Afghanistan pada 1990-an.
sumber : MICOM